Rabu, 06 April 2016

dokter kandungan yang bagus di jakarta



Cerita ini bermula dari keterlambatan haid saya yang diikuti dengan rasa mual dan sakit kepala berkepanjangan yang saya alami selama hampir 2 bulan (sakit kepala dan mual sudah berlangsung sekitar 6 bulan). Semua orang (termasuk saya) mengira saya hamil. Kemudian saya melakukan pengetesan menggunakan testpack. Negatif.

Tapi beberapa hari setelah test tersebut, penyakit saya tidak juga hilang, malah tubuh saya makin “membengkak” dan pinggang serta gusi saya sakit. Saya coba melakukan googling atas penyakit saya. Disana saya menemukan banyak sekali wanita yang telah menikah mengalami hal yang sama. Beberapa diantaranya ternyata benar-benar hamil, sementara yang lainnya ternyata hanya mengalami gangguan hormonal. Untuk lebih pastinya saya dan suami memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan seperti disarankan oleh… semua orang.

Pencarian dokter kandungan pun dimulai. Bukannya mau lebay, tapi kami kan tinggal di Jakarta, salah satu kota terbesar di Indonesia, yang jumlah rumah sakitnya termasuk yang paling banyak juga.. dengan banyaknya pilihan ini otomatis kami bingung harus ke rumah sakit mana, dan ke dokter siapa. Again, google is kind of my old friend.

Dari hasil googling saya, terdapat beberapa nama dokter kandungan ternama di Jakarta. Salah satunya yang populer (entah karena dia memang expert atau karena dia dokter kandungan wanita) adalah Dr. Rino Bonti, Spog, yang berpraktek di Rumah Sakit Bunda Jakarta. Karena banyak yang merekomendasikan di internet dan karena saya tidak ingin daerah kewanitaan saya dilihat oleh pria selain suami saya, kami memutuskan untuk ke dokter tersebut.

Nervous…

Saat akan dilakukan USG vaginal, ternyata saat itu juga saya menstruasi saudara saudara! Of all the time! Gah!

Namun yang membuat saya depresi (hiperbola) bukannya fakta kalau saya belum hamil, tapi sikap dokter tersebut yang ternyata (menurut saya) tidak profesional. Why?

1. Setelah menunggu selama kurang lebih 5 menit setelah USG, kami tidak diberi penjelasan apa-apa. Dokternya sibuk menulis surat untuk asuransi.

2. Karena saya memang kurang sabaran, saya tanya, apakah saya terlambat menstruasi karena indung telur saya tinggal satu? (O ya, 4 bulan yang lalu indung telur saya sebelah kiri diangkat karena terlibat tumor usus) But guess what? dokternya cuma bilang: hmm.. mungkin juga. (diikuti long pause)

3. Karena kurang puas dan saya memang kepo, saya tanya lagi: “saya kan sering pusing-pusing tuh.. apakah karena gangguan hormon/terlambat menstruasi bisa jadi pusing-pusing?” dokter: “mungkin. mungkin juga karena gejala flu. sudah ke dokter umum?” Seriously! gejala flu apa yang bisa bikin orang pusing selama 6 bulan? flu menahun kah? dan waktu saya menjawab sudah ke dokter umum dan dokter bedah saya, dia tidak memperhatikan, justru kembali sibuk menulis surat untuk asuransi.. (tepok jidat)

4. Setelah menunggu si dokter selesai menulis, dengan super sabar sambil tarik nafas ala yoga, saya menatap si dokter dengan penuh harap dia akan memberi tahu saya sakit apa atau paling tidak memberi info saya harus ke dokter apa kalau mau tahu detail penyakit saya… eh, dia dengan polosnya bilang: “tapi kalo ibu mau program hamil, bisa datang lagi setelah hari ke 11-12 setelah menstruasi”. GUBRAKKKK…. saya lagi bingung sih, saya sebenernya sakit apa…!!!

I mean, saya dan suami datang ke dokter itu tidak dengan cuma-cuma lho.. kami membayar sebesar Rp 387.000. Tapi semua jawaban yang saya peroleh bisa saya dapatkan for free di google. Padahal sebagai seorang expert dibidang kedokteran seharusnya dokter tersebut menyadari ada yang salah dengan saya dan bisa memberi rujukan obat atau dokter lain jika dia memang tidak mendalami bidang penyakit saya. Saya ini kan pasien yang tidak mengerti banyak tentang kedokteran.. dari mana saya bisa tahu saya harus ke dokter apa kalau saya tidak di rujuk oleh dokter yang saya datangi sebelumnya?????

Jamu Telat Datang Bulan Sering Disalahgunakan untuk Menggugurkan Kandungan

Di Indonesia tidak ada jamu yang khusus untuk aborsi. Tapi pelaku aborsi biasanya menggunakan jamu telat datang bulan, jamu pelancar haid atau jamu peluruh untuk menggugurkan kandungannya.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mencatat jamu-jamuan untuk telat datang bulan atau pelancar haid kerap digunakan untuk aborsi.

"Banyak yang mencoba terminasi dengan jamu-jamuan. Jamu-jamuan kan nggak ada aturannya. Ini seharusnya peran pemerintah, mengapa aborsi tidak diperbolehkan tapi seperti jamu-jamuan itu tidak ada aturannya. Jadi seolah-olah mudah sekali mencari cara untuk aborsi karena itu banyak dijual bebas di toko obat. Seharusnya penjualan jamu-jamu seperti itu juga diatur," jelas Inne Silviane, Direktur Eksekutif PKBI Pusat,
Selain jamu-jamuan yang banyak ditemui di warung jamu, obat-obatan anti prostaglandin juga digunakan oleh pelaku aborsi.

Prostaglandin adalah sejenis bahan kimia yang terjadi secara alami dalam tubuh yang mengatur ketegangan otot, termasuk kontraksi dan relaksasi otot. Obat ini biasanya harus dihindari oleh wanita hamil karena bisa memicu kontraksi rahim.

Sayangnya, jamu dan obat-obat yang dilarang untuk wanita hamil justru dimanfaatkan oleh wanita yang mengalami kehamilan tak diinginkan untuk praktek aborsi tidak aman.

Salah satu obat yang sering dipakai untuk aborsi adalah 'M', yang di Indonesia dipasarkan dengan nama dagang 'C'. Obat ini termasuk obat keras dan hanya bisa dibeli dengan resep dokter, namun kenyataanya banyak yang menjualnya di toko-toko obat maupun di situs internet.

"Menurut laporan kami, aborsi paling sering pakai obat. Tapi banyak juga yang gagal karena obatnya kedaluwarsa atau karena tertipu. Kadang sudah transfer uang, tapi obatnya tidak pernah dikirim," kata Inna Hudaya, seorang konselor bagi pelaku aborsi saat dihubungi detiHealth.

Padahal kalau dipakai dengan benar di bawah pengawasan dokter, aborsi dengan obat 'M' sebenarnya sama efektifnya dengan kuret hingga usia kehamilan 6 minggu. Di atas usia 6 minggu, kuret lebih efektif menghentikan kehamilan meski obat-obatan masih bisa memberikan efektifitas hingga 85 persen.

Menurut Inna, pilihan metode dan tempat untuk aborsi banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan status ekonomi. Kaum terpelajar dari kalangan menengah ke atas biasanya memilih pertolongan medis seperti dokter atau bidan, baik dengan obat maupun tindakan lain seperti kuret.

Sebaliknya di kalangan masyarakat kurang mampu dan berpendidikan pas-pasan, dukun serta tukang pijat lebih sering menjadi pilihan.

Jenis ramuan serta metode yang digunakan biasanya sangat ekstrem, sehingga tidak dianjurkan karena bisa membahayakan nyawa ibu dan janin dalam kandungannya.

Menurut Maria, seorang bidan yang ditemui detikHealth, pelaku aborsi baru akan mendatangi dokter atau bidan ketika obat-obatan atau jamu-jamuan yang diminum tidak mempan.

"Biasanya pelaku aborsi yang menggunakan jamu atau obat-obatan menggunakan dosis yang tinggi, begitu ada perdarahan baru mereka datang mencari bantuan medis," kata bidan Maria yang mengaku sering menangani ibu rumah tangga yang gagal aborsi setelah minum jamu.

Kebanyakan menurut bidan Maria, si pelaku aborsi berharap janinnya keluar dengan hanya minum jamu atau obat-obatan. Tapi beberapa kasus untuk perempuan yang rahimnya kuat hal itu tidak terjadi.

"Untuk yang rahimnya kuat, prosesnya terjadi di dalam, janinnya tidak berkembang dan lama-lama mati atau daging yang tertinggal bisa menjadi kista atau tumor sehingga harus dilakukan kuret," ujarnya.

Apapun metodenya dan dimanapun tempatnya, aborsi tetap bukan pilihan terbaik untuk dijalani. Agar tidak perlu terjebak dalam pilihan yang serba tidak enak ini, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin menghindari kehamilan yang tidak direncanakan.